PEMBAHASAN
DESKRIPSI
MUSEUM CANDI BATUJAYA, KARAWANG
Pengantar
Jawa Barat dianggap
miskin tentang tinggalan masa lalu berupa candi. Namun citra ini mulai berubah
dengan ditemukannya beberapa situs yang diidentifikasi sebagai di beberapa
wilayah seperti Cangkuang (Garut), situs Binangun, Pamarican, dan Rajeg wesi
(Ciamis), Cibuaya dan Batujaya (Karawang) serta Bojongmenje (Bandung). Dugaaan
para ahli, hanya bangunan-bangunan candi di situs batujaya sajalah yang
memiliki latar agama Budha, sedangkan candi-candi yang lainnya
berlatarbelakangi Hinduistik.
Memperhatikan potensi
Situs Candi Batujaya yang begitu besar, baik untuk pelestarian tinggalan
budaya, pemanfaatan dan pengembangannya, maka dinas kebudayaan dan pariwisata
Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Deputi Sejarah dan Purbakala
menyelenggarakan workshop pelestarian dan pengembangan situs Candi Batujaya
yang digelar pada bulan April tahun 2002. Mengacu kepada rumusan hasil
workshop tersebut, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat melalui DISBUDPAR mendirikan gedung penyelamatan benda Cagar Budaya
Situs Batujaya. Melalui gedung penyelamatan tersebut, hasil penelitian para
ahli mengenai situs ini hendak diinformasikan dan disosialisasikan kepada
masyarakat luas. Tujuannya untuk menambah wawasan dan meningkatkan apresiasi
pengunjungnya terhadap Sejarah dan Budaya masa lalu di daerah ini. Serta
mengundang para ahli yang berminat ingin menguak Misteri
yang belum terungkap melalui penelitiannya.
1.
Sejarah Berdirinya Museum Situs Candi Batujaya
Museum
Situs Candi Batujaya didirikan pada tahun 2004 dan disahkan langsung lewat
penandatanganan sebagai bentuk resminya Museum yang dilakukan oleh Gubernur
Drs. H. Dani Setiawan, M.Si. Secara geografis Museum Situs Candi Batujaya
berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. Berbeda dengan
Situs itu sendiri yang secara letak wilayah terdapat di 2 desa, yaitu Ds.
Segaran, Batujaya dan Ds. Teluk Buyung, Pakisjaya. Jalur tempuh yang harus
dilakukan bila sudah berada di Karawang Kota tidak lebih dari 50 Km untuk
sampai ke Situs maupun Museum tersebut. Adapun Museum ini adalah berada dibawah
naungan dan pengelolaan BPKNST (Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan
Nilai Tradisional), Jawa Barat. Sementara Situs Batujaya sendiri berada dalam
pengelolaan BP3 Serang, Banten.
2.
Latar Belakang Historis ditemukannya Areal Percandian
sebagai Objek koleksi Museum Situs Candi Batujaya
Perlu diketahui bahwa
tinggalan yang dimuseumkan berasal dari Situs Candi Batujaya. Selain itu juga
ada beberapa tinggalan Situs Cibuaya yang disimpan di Museum ini. Sebelum
mendeskripsikan tinggalan-tinggalan, alangkah baiknya sedikit dijelaskan
terlebih dahulu mengenai sejarah Situs Batujaya itu sendiri.
Sebenarnya, jauh
sebelum candi di Batujaya ditemukan, terlebih dahulu telah ditemukan didaerah
Cibuaya sebuah situs yang kemudian diberi nama Candi Lemah Duhur yang
bercorakan Hinduistik. Setelah melakukan penelitian berulang-kali, di daerah
Batujaya-pun ada indikasi beberapa situs yang memang pada tahun 1984 dapat
dipastikan. Menyusulah Candi Jiwa yang dieksavasi pada tahun 1996. Secara
historis, ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara (abad 4 – 8 M)
wilayahnya mencakup Karawang, Bekasi, Jakarta, Bogor dan Pandeglang. Itu dapat
dibuktikan karena telah banyak ditemukan prasasti-prasati didaerah tersebut
seperti Prasasti Ciaruteun, Muara Cianten, Kebon Kopi, Pasir Jambu (Bogor),
Prasasti Tugu (Jakarta), dan Prasasti Munjul di daerah Pandeglang, Banten.
Adapaun bentuk fisik berupa Situs Candi samapi saat ini sepenuhnya berada didaerah
Karawang. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pada waktu itu, bisa
dikatakan ada sekitar 32 Situs yang berada di Batujaya. Akan tetapi sampai saat
ini, baru sekitar 8 situs yang sudah ditemukan. Secara sempurna, barulah Candi
Jiwa dan Blandongan saja yang berhasil di ekskavasi. Corak Budhistik merupakan
bentuk riil dari tinggalan situs ini. Sementara
situs di daerah Cibuaya adalah Hinduistik (7 – 8 M).
3. Sekitar
Koleksi Museum Situs Candi Batujaya
Koleksi yang ada di
Museum ini secara garis besar diambil dari temuan yang ada pada Situs Candi,
kubur, ataupun yang lainnya. Adapun penggambaran dari koleksi tersebut adalah
sebagai berikut.
Arca Batu,
ditemukan di kompleks percandian Batujaya bukanlah sebuah arca yang utuh
melainkan hanya sebuah pecahan kecil, yang merupakan fragmen kepala yang
memperlihatkan ikalan rambut Buddha. Adapun secara jelasnya, pecahan arca
tersebut ditemukan di situs SEG V (Candi Blandongan) dalam runtuhan bata.
Arca Perunggu,
hanya berupa fragmen kaki berukuran kecil sebanyak tiga buah. Ditemukan di
dalam reruntuhan bata di situs SEG V (Candi Blandonga). Bisa dipastikan bahwa
ketiga arca kaki kecil tersebut adalah patung Buddha berdiri yang mempunyai
ukuran tingginya sekitar 15-20 cm.
Arca
Stuko, arca-arca yang terbuat dari bahan stuko hanya
ditemukan di situs Telagajaya I-C. Arca-arca ini ditemukan dalam jumlah yang
cukup banyak, sekitar 15 buah, dalam bentuk arca-arca kepala yang menggambarkan
tokoh manusia atau mahluk kedewataan, dan arca kepala hewan.
Arca
Terakota, Di Museum Sri Baduga, Bandung, tersimpan sebuah koleksi
berupa kepala arca yang terbuat dari bahan terakota, berukuran tinggi sekitar
25 cm.
Harus diketahui, gerabah
juga adalah bagian dari artefak yang ditemukan di situs kawasan Batujaya. Gerabah dari kawasan situs ini dapat di
bedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Gerabah Batujaya, yang meliputi
gerabah Kompleks Buni dari masa akhir pra-Sejarah dan Gerabah masa
Tarumanegara; (2) Gerabah Arikamedu.
Temuan logam-logam dari
situs-situs di kawasan Batujaya dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu
alat logam
perunggu dan alat logam besi. Alat logam perunggu yang ditemukan adalah
kapak perunggu dari zaman pra-Sejarah, sedangkan alat-alat besi berupa parang,
pisau atau belati dan ujung tombak, ditemukan baik pada lapisan budaya
pra-Sejarah bersama-sama benda gerabah, maupun yang ditemukan pada lapisan
budaya masa percandian. Di daerah Batujaya pernah dilaporkan adanya temuan
berupa cetakan kapak perunggu (bivalve)
(Sutayasa, 1975: 95).
Alat batu yang
ditemukan di kawasan situs Batujaya jumlah dan jenisnya sangat terbatas,
sehingga hanya dapat dikelompokan dalam dua kelompok berdasarkan jenis
artefaknya, yaitu alat batu neolitik dan alat batu pipisan. Alat batu neolitik
yang ditemukan berupa beliung persegi yang umumnya terbuat dari bahan batu
kalsedon. Pada situs SEG V Blandongan telah ditemukan pula beberapa alat batu
berupa kapak neolitik. Adapun di kotak ekskavasi A-4 yang dilakukan seperti itu
ditemukan dua buah alat batu neolitik, berupa beliung persegi yang ditemukan
pada lapisan yang mengandung temuan gerabah yang berfungsi sebagai
undak-undakan atau anak tangga menggantikan peranan undakan bata yang sudah
aus.
Perhiasan
yang ditemukan terdiri dari manik-manik yang terbuat dari bahan batu dan kaca,
gelang dari bahan kulti kerang dan emas. Temuan perhiasan berupa manik-manik
ditemukan di beberapa situs, seperti SEG II, SEG V, TLJ I dan beberapa situs
lain yang digarap penduduK.
Diantara temuan-temuan
yang diperoleh dari ekskavasi yang dilakukan oleh BP3 Serang di situs SEG V
terdapat pula temuan berupa kaca gelas dalam bentuk pecahan
wadah yang tidak dapat dikenali lagi bentuk utuhnya. Pecahan gelas ini
ditemukan bersama-sama temuan gerabah dilapisan budaya pra-sejarah dibaawh
lapisan candi, di halaman sisi timur laut. Gelas emas adalah salah satu contoh
kongkret yang secara fungsionil digunakan sebagai bekal kubur.
Temuan keramik
asing umumnya berupa keramik Tionghoa dan keramik dari wilayah Asia Tenggara
daratan seperti Annam dan Thailand. Keramik asing lainnya, seperti keramik
Eropa, dikawasan situs Batujaya tidak banyak ditemukan, dan keramik ini berasal
dari masa yang baru. keramik-keramik asing ini umumnya ditemukan berupa
pecahannya yang terdiri dari berbagai bentuk dan jenis wadah, seperti mangkuk,
piring, dan tempayan.[1]
4. Manajemen
Koleksi dan Manajemen Museum
Setelah melakukan
kunjungan beserta observasi lapangan yang telah saya lakukan di museum Situs
Candi Batujaya, dalam manajemen koleksinya sendiri pada dasarnya sama seperti
museum pada umumnya. Bila melihat dari koleksi museum yang memang diambil dari
penemuan tinggalan yang ada dalam areal percandian yang dilakukan oleh para
arkeolog, bisa dipastika sekali lagi bahwa museum situs candi Batujaya adalah
museum khusus. Alasannya adalah bahwa koleksi museum hanyalah BCB yang ada di
areal percandian. Meskipun disisi lain saya menemukan ada koleksi lain di luar
areal percandian di Batujaya.
Dalam hal-hal tertentu
secara aplikatif, konservasi lebih banyak dilakukan daripada preserpasi,
mengingat bahwa koleksi museum terbuat dari tanah merah, keramik dan lain sebagainya.
Biasanya dalam proses pemeliharaan yang dilakukan oleh staf juru pelihara yang
dilakukan sebanyak 2 kali sehari seperti membersihkan koleksi dari kepulan
debu, lumut dan lain sebagainya. Lebih lanjut lagi, salah seorang jupel
menyatakan bahwa bukan hanya membersihkan seperti itu saja, bahan kimia
seringkali diperlukan mengingat koleksi yang kebanyakan terbuat dari tanah
merah didapati banyak lumut. Maka pada saat itu pulalah bahan kimia tersebut
dibutuhkan agar koleksi tetap terjaga.
1.1 Bagan staf museum situs candi
Batujaya
Dari tabel di atas
sangatlah jelas bahwa ada perbedaan diantara museum-museum pada umumnya.
Sebagai perbandingan, biasanya dalam banyak museum seringkali ditemui pengurus
museum yang konsentrasi terhadap bidangnya atau lebih jelas masuk dalam struktural
museum. Bila melihat tabel diatas, sekali lagi ada perbedaan yang boleh
dikatakan unik karena pengurus museum hanya terdiri dari tiga orang saja yang
kemudian dinaungi langsung oleh BPKNST Bandung sebagai dewan intruksi yang
membina ketiga Jupel diatas.
Lebih jauh lagi
disebutkan bahwa tidak ada bidang-bidang tertentu didalam museum ini. Mereka
cenderung bekerja sama didalam mengurusi semua perihal tentang ke-museuman.
Disisi lain mereka memelihara, memperhatikan bahkan mengurusi benda tinggalan
budaya yang layak atau tidaknya masuk untuk dimuseumkan. Biasanya menurut salah
satu jupel disana yang bernama Ibu Eha, menyatakan bahwa benda tinggalan areal
percandian tidak serta-merta masuk begitu saja. Sama seperti museum pada
umumnya, seleksi dilakukan secara intens di museum ini. Lanjut lagi dinyatakan
bahwa ada tahapan secara umum didalam mengambil keputusan seleksi benda
tinggalan untuk dimuseumkan. Semua tahapan tersebut pada dasarnya telah mampu
dikemas dengan melihat corak yang unik dan berbeda dari tinggalan sebelumnya
pada koleksi itu sendiri. Sebagai contoh bentuk dari bata ada yang berukuran
kecil, standar, dan besar. Bata pipih, lonjong, segi empat dan lain sebagainya.
Maka dari itu, bila ada perbedaan dengan tidak menyisihkan aspek yang memenuhi
kebutuhan akan keunikan, mempunyai nilai. Secara niscaya benda tersebut akan
bisa dijadikan sebagi koleksi museum.
Adapun
alasan-alasan mengenai staf kepengurusan yang masih minim tersebut dikarenakan
usia daripada museum ini masih sangat muda serta penegelolaannya-pun cenderung
tidak sulit serta tidak memerlukan banyak orang, mengingat koleksi serta luas
ruang museum tidak terlalu besar. Kesimpulannya, dari ketiga orang tersebut bahwasannya
bisa dan mampu memelihara keberlangsungan museum beserta isinya yang kemudian
harus diberi penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat.
5. Tujuan dan
Harapan Staf Museum Candi Batujaya
Seperti yang telah
tertera diatas bahwa tujuan dari adanya Museum ini adalah untuk menginfokan dan
mensosialisasikan kepada masyarakat luas. Selain itu juga, untuk standar
Edukasi, dan meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap hal-hal bersejarah dan
budaya masa lalu. Perlu diketahui juga bahwa Museum selalu dikunjungi oleh
masyarakat daerah, luar daerah maupun Mancanegara.[2]
Ingin menjadikan Museum
ini sebagai pusat Dokumentasi, Edukasi, Informasi dan Penelitian, Objek Wisata.
Secara personal lewat dialog beserta salah seorang staf ke-museum-an menyatakan
agar pemerintah lebih memperhatikan tinggalan budaya yang sangat berharga ini.
Apalagi semua belum terungkap, maka baik dukungan moril maupun materil sangat
diharapkan. Terlebih pihak Kabupaten Karawang sebagai Pemerintah daerah yang
paling bertanggungjawab dan juga sebagai salah satu objek wisata kebanggaan
masyarakat Karawang harus lebih memperhatikan. Adapun hal ini diberlakukan
karena secara sifat, tinggalan arkais tidak dapat diperbaharui, kadang rapuh
dan terbatas, maka perlulah untuk dilestarikan oleh kita semua selaku
masyarakat yang peduli akan tinggalan bangsa ini.
BAB III
PENUTUP
Akhirnya
sampailah sudah kepada tahap akhir dimana saya harus menyimuplkan semua ini.
Adapun kesimpulan tersebutadalah diantaranya sebagai berikut.
·
Menurut AICON, museum adalah semua
koleksi yang bernilai artistic, teknologi. Meminjam juga pernyataan AAM yang
menyatakan bahwa museum adalah institusi yang berupaya menginterpretasikan
seluruh manusia dan alamnya.
·
Adapun koleksi yang ada di museum situs
candi Batujaya seperti Gerabah, emas, manik-manik, batu-bata dengan berbagai
bentuk, perak arca dan masih banyak yang lainnya. Umumnya bahan yang terbuat
dari tanah sangatlah mendominasi di museum ini sebagai museum salah satu museum
khusus tentunya.
·
Konservasi lebih seringkali ditampilkan
dalam upaya pemeliharaan dan pelestarian koleksi museum.
·
Juru Pelihara adalah orang yang ditugasi
sama halnya seperti dalam pengurus museum-museum pada umumnya. Mereka dinaungi
langsung oleh BPKNST wilayah Bandung, Jawa Barat.
[1]
Hasan Djafar, Kompleks Percandian
Batujaya, Rekontruksi Sejarah Kebudayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat,
Jakarta: Kiblat Buku Utama, Juli 2010. Hlm. 67-102.
[2]
Data ini berasal dari pernyataan yang dikemukakan staf Museum Candi Jiwa (Pak
Nasri) melalui pertanyaan yang dilontarkan Penulis. (11/03/2012) pkl. 14.00
WIB.